Senin, 16 April 2018


TUGAS
SASTRA BANDINGAN
DISKRIMINASI GENDER DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI DENGAN SALJU KARYA ORHAN PAMUK.





YANDA DEWI KURNIA
15017055



SASTRA INDONESIA
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

A.    PENDAHULUAN
Karya sastra adalah sebuah karya yang indah karena merupakan ungkapan perasaan manusia yang dapat berupa ide, pengalaman, serta keyakinan oleh pengarang karya yang mengispirasi penikmat karyanya. Muhardi dan Hasanuddin WS (2006:1) menjelaskan bahwa fiksi merupakan salah satu genre sastra yang diciptakan dengan mengandalkan pemaparan tentang seseorang atau suatu peristiwa. Sebagai karya fiksi pemaparan suatu peristiwa atau seseorang tersebut seolah-olah terjadi ataupun benar-benar ada dan telah pernah ada. Padahal pemaparan tersebut penah ada, dan ia hanya berada dalam khayalan, dan pikiran pengarang semata. Bisa dikatakan bahwa sebuah karya sastra fiksi adalah gambaran-gambaran dari kehidupan nyata yang dinarasikan kedalam sebuah karya yang diperindah oleh fiksi.
Novel merupakan salah satu dari jenis karya sastra fiksi. Novel adalah narasi fiksi yang panjang, menceritakan pengalaman manusia berdasarkan rangkaian alur kehidupannya yang dikarang oleh pengarangnya. Menurut Rostamaji dan Agus Priantoro, dalam e-jurnal.com mengatakan novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu; unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
Sebuah novel akan menarik perhatian para pembaca untuk membacanya, jika dalam novel tersebut pengarang memaparkan konflik-konflik yang menarik minat pembacanya. Selain menarik perhatian pembaca konflik juga bermanfaat bagi pembacanya, karena di dalam konflik tersebut juga terdapat pesan-pesan yang disampaikan oleh pengarangnya. Di dalam sebuah novel, pengarang mengungkapkan berbagai permasalahan tentang sisi kehidupan manusia dan segala lika-likunya, baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu gambaran dari kehidupan manusia yang dapat diamati pada diri manusia adalah konflik yang terjadi pada diri mereka sendiri atau konflik batin.
Salah satu contoh konflik yang selalu menarik perhatian hingga saat sekarang ini adalah konflik yang dialami oleh kaum perempuan. Mulai dari persepsi masyarakat terhadap perempuan yang mana kaum perempuan lebih lemah dan lebih rendah statusnya  daipada kaum laki-laki. Merupakan salah satu contoh diskriminasi gender yang menyebabkan kaum perempuan termarjinalkan, walaupun tidak semua perempuan termarjinalkan oleh diskriminasi tersebut.
Dalam setiap novel memiliki konfliknya masing-masing meskipun berbeda antar sesamanya namun juga bisa dilihat beberapa kesamaannya. Antara lain dalam novel Maryam karya Okky Madasari dengan novel Salju karya Orhan Pamuk yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Berliani M. Nugrahani. Konflik yang terkandung dalam novel tersebut antara lain yaitu mengenai ketimpangan ras antar agama. Meskipun masih sama-sama berasal dari satu agama yang sama namun, memiliki sedikit perbedaan sekaligus maka akan memancing konflik tersebut.
Seperti halnya konflik dalam kedua novel ini, yaitu antara ketidakadilan yang dialami perempuan berjilbab dan juga ketidakadilan yang dialami perempuan yang menganut kepercayaan Islam Ahmadi yang terdapat di novel Maryam dan novel Salju. Di dalam kedua novel ini dapat kita temui bahwa kesetaraan hak perempuan menjadi konflik atau masalah yang paling diutamakan oleh kedua pengarang novel.

B.     TEORI
Secara etimologis feminisme berasal dari kata femme yang berarti perempuan. Feminisme dalam pengertian yang luas merupakan suatu gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinisasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dari segala aspek kehidupannya. Gerakan feminisme berangkat dari perbedaan gender antara kaum perempuan yang sering dibedakan dengan kaum laki-laki. Yang mana tujuan dari feminisme sendiri yaitu untuk kesetaraan dan kesamaan hak serta kewajiban yang diterapkan pada semua gender yaitu perempuan dan laki-laki.
Ketidakadilan gender merupakan berbagai tindakan yang bersumber pada keyakinan gender. Antara lain penyebab diskriminasi itu sendiri adalah keyakinan salah satu gender lebih penting atau lebih utama dibanding yang lainnya. Kenyataan memperlihatkan bahwamasih ada yang membatasai ruang gerak kaum perempuan dalam kehidupan.
Salah satu studi sastra yang mempelajari antar karya yang satu dengan karya yang lain, atau antar bahasa karya sastra yang satu dengan yang lainnya adalah studi sastra bandingan. Menurut Wellek dan werren menyebutkan bahwa ada tiga pengertian mengenai sastra bandingan: pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema tema cerita rakyat dan penyebarannya; kedua, penyelidikannya mengenai hubungan antara dua atau lebih karya sastra yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, di antara soal reputasi dan penetrasi, pengaruh, dan kemasyhuran karya besar; dan ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum, dan sastra nasional.


C.    DISKRIMINASI GENDER DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI DENGAN SALJU KARYA ORHAN PAMUK.
Di sini penulis mengambil perbandingan antara novel Maryam karya Okky Madasari dengan Salju karya Orhan Paruk yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Berliana M. Nugrahani. Okky Madasari merupakan seorang penulis Indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang selalu berusaha menyuarakan kritik sosial dan kekonsistenan pada hal-hal kekinian. Selain itu, Okky Madasari juga merupakan peraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award dalam tiga tahun berturut-turut yang karyanya selalu masuk lima besar penghargaan tersebut. Beranjak kepada Orhan Pamuk, yang  telah banyak menulis novel dan dianggap sebagai salah satu suara tersegar dan paling orisinal dalam menulis fiksi kontemporer. Selain itu, Orhan Pamuk juga merupakan pemenang peraih Nobel Sastra.
Karya Okky Madasari yang berjudul Maryam ini memiliki kesamaan dengan novel Salju karya Orhan Pamuk yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Berliana M. Nugrahani. Persemaan tersebut antara lain adalah  sama-sama membahas ketimpangan agama yang mana menitikberatkan pada satu aliran agama yakni Islam. Serta tokoh perempuan yang disorot dalam alur penceritaan kedua novel ini seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:
“Bapaknya pun memberi contoh orang-orang Ahmadi yang nekat menikah dengan orang yang berbeda dari mereka. Perkawinan berabtakan. Segala kesengsaraan dan kesusahan muncul. Maryam tahu semuanya itu. Anak teman ppengajian yang sudah seperti saudara bagi mereka, Rohma, akhirnya bercerai setelah dua tahun menikah. Awalnya, Rohma hanya dilarang suaminya ikut salat di masjid keluarga Rohma. Lalu lama-kelamaan larangan itu semakin menjadi. Rohma tak boleh lagi datang ke rumah orangtuanya, tak diizinkan lagi bertemu dengan keluarganya. Rohma melawan. Ia memilih perceraian sebagai jalan keluar.” (Maryam, hal : 19).
“Seluruh siswa penggiat Islamis politis menonton pertunjukan di Teater Nasional, dan mereka telah ditangkap di tempat itu, sehingga yang tersisa di asrama hanyalah anak-anak yang kurang peduli atau tidak memiliki ketertarikan poltik. Tetapi, adegan-adegan yang disiarkan di televisi membuat semangat mereka pun mengganjal pintu dengan meja-meja dan meneriakkan slogan-slogan semacam ‘Tuhahhn Mahabesar!’ sambil berkumpul dan menunggu.” (Salju, hal : 254).
Tokoh yang paling banyak bercerita maupun diceritakan dari masing-masing novel ini yaitu Maryam dalam novel Marya karya Okky Madasari. Maryam, digambarkan sebagai sosok wanita yang taat dalam beribadah namun memiliki ajaran sendiri dengan atau disebut juga Islam Ahmadiyah. Hal tersebut membuat terjadinya konflik yang memecahkan agama yang satu tersebut. Sebagai bagian dari kelompok minoritas yang tertindas, di sini Maryam mencoba untuk memperjuangkan golongannya. Serta dalam novel yang berjudul Salju karya Orhan Pamuk, memiliki tokoh utama yang bernama Ka. Ka merupakan seorang jurnalis yang sangat peduli terhadap sebuah kampung yang bernama Kars, di mana banyak gadis-gadis yang melakukan bunuh diri di kota tersebut.selain gadis-gadis yang bunuh diri di sini juga diceritakan bagaimana keadaan perempuan yang nekat memakai jilbab akan mendapatkan perlakuan yang tidak sewajarnya oleh masyarakat sekitarnya. Hal itu dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Di hari-hari terakhir kehamilannya, Maryam berkata pada Umar ingin memberi nama yang berasal dari Lombok untuk anaknya. Bukan nama Arab, seperti ayah dan ibunya. Bagi Maryam, itu langkah paling awal sekaligus langkah paling mudah dilakukan untuk menjauhkan anaknya dari segala kepedihan yang dialami keluarganya. ‘Bbiarlah anak ini jauh dari agama tapi dekat dengan kebaikan,’ kata Maryam berulang kali.” (Maryam, hah 241).
“Saya tertarik untuk meliput pemilihan di sana juga tentang para wanita yang melakukan bunuh diri.” (Salju, hal : 5).
Antara kedua novel ini yang menjadi pembedanya yakni latar tempat serta bahasa yang digunakannya oleh penulisnya yang juga berasal dari negara yang berbeda. Yaitu Okky Madasari yang berasal dari Indonesia sedangkan Orhan Pamuk berasal dari Turki. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
“Ternyata laki-laki itulah yang ia cari. Ketua organisasi yang sekarang, menggantikan ketua yang diingat Maryam. Berpakaian rapi, berbicara santun. Ia berpendidikan tinggi. Sarjana Lulusan Universitas Mataram. Sekarang pegawai negeri di kantor provinsi.” (Maryam, hal : 66).
“dibesarkan di Istanbul dan dikelilingi oleh kenyamanan kehidupan kelas menengah Nisantas ayah yang bekerja sebagai pengacara, ibu yang menjadi ibu rumah tangga, kakak perempuan yang penuh kasih sayang, seorang pembantu yang berbakti, sebuah radio, kamar-kamar perabot yang lengkap, jendela-jendela bertirai Ka tidak tahu apa-apa soal kemiskinan, kemiskinan berada di luar rumahnya, di luar dunianya.” (Salju, hal 23). 
Konflik yang dialami oleh perempuan dalam kedua novel ini yang paling mencolok yaitu, pada novel Maryam karya Okky Madasari yaitu keditakadilan dalam memilih kepercayaan yang berbeda dengan orang lain sehingga mengalami pengasingan serta bagaimana kebebasan sangat jauh daripada perempuan-perempuan di sana seperti jika menikah dengan orang dari luar organisasi tersebut. Maka perempuan itu mula-mula dilarang pergi ke mesjid-mesjid organisasi itu sering berkumpul samapai dilarang pergi menemui orangtua mereka. Selanjutnya, dalam novel Salju karya Orhan Pamuk juga dipaparkan bagaimanapun majunya sebuah kehidupan di perkotaan namun pendiskriminasian juga tidak bisa dihindari. Banyaknya organisasi-organisasi kepercayaan yang saling mengganggap mereka yang paling benar dari organisasi yang lain hingga menimbulkan peperangan serta bagaimana kebebasan bagi kaum perempuan yang harus menolak berbagai ideologi yang berujung dengan bunuh diri.


D.    PENUTUP
Kedua novel ini mengangkat tema tentang konflik sosial yang terjadi di tempatnya masing-masing. Tokoh dalam novel ini sama-sama perhatian terhadap apa yang terjadi dalam lingkuangan sekitarnya. Alur, peristiwa dalam novel Maryam karya Okky Madasari ini menggunakan alur maju. Karena menceritakan keadaan dari masa gadisnya tokoh Maryam hingga ia akan melahirkan anak yang akan diberi nama seperti orang Lombok kebanyakan  dan tidak mengambil nama dari Arab. Begitupun  alur, dalam novel Salju karya Orhan Pamuk menceritakan alur maju. Meskipun ada beberapa yang di paragraf yang menceritakan masa kecil Ka, namun itu hanya untuk pelengkap cerita saja. Dalam kedua novel ini sama-sama mengambil latar di daerah tempat negara mereka berasal. Serta dalam kedua novel ini, sama-sama membuka kesadaran pembaca bagaimana cara seharusnya untuk saling menghargai apa itu perbedaan baik dari perbedaan penampilan hingga perbedaan kepercayaan. Selain hal itu, dalam kedua novel ini juga digambarkan bagaimana ketidakadilan yang dilakukan terhadap kaum perempuan, hingga bagaimana kita untuk lebih peka dan merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk ke depannya.
Penulis menyimpulkan bahwa melalui pemakaian hijab sebagai identitas seorang perempuan muslim, yang seharusnya bisa lebih menjaga perempuan dari kejahatan tidak berlaku di semua negara seperti yang terdapat dalam novel Salju karya Orhan Pamuk. Begitupun sebagai seorang anak perempuan yang jika sudah bersuami harus dihadapkan pada dilema mengikuti perkataan orangtua atau menaati perkataan suami.






















Daftar Pustaka
Muhardi dan Hasanuddin WS. 2006. Prosedur Analisis Fiksi: Kajian Strukturalisme. Padang: Citra Budaya.
Pamuk, Orhan. 2015. Salju. Jakarta: Serambi ilmu semesta.
Madasari, Okky. 2013. Maryam. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.