TUGAS
SASTRA BANDINGAN
DISKRIMINASI GENDER DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI DENGAN SALJU KARYA ORHAN PAMUK.
YANDA DEWI KURNIA
15017055
SASTRA INDONESIA
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
A.
PENDAHULUAN
Karya sastra adalah sebuah karya yang
indah karena merupakan ungkapan perasaan manusia yang dapat berupa ide,
pengalaman, serta keyakinan oleh pengarang karya yang mengispirasi penikmat
karyanya. Muhardi dan Hasanuddin WS (2006:1) menjelaskan bahwa fiksi merupakan
salah satu genre sastra yang diciptakan dengan mengandalkan pemaparan tentang
seseorang atau suatu peristiwa. Sebagai karya fiksi pemaparan suatu peristiwa
atau seseorang tersebut seolah-olah terjadi ataupun benar-benar ada dan telah
pernah ada. Padahal pemaparan tersebut penah ada, dan ia hanya berada dalam
khayalan, dan pikiran pengarang semata. Bisa dikatakan bahwa sebuah karya
sastra fiksi adalah gambaran-gambaran dari kehidupan nyata yang dinarasikan
kedalam sebuah karya yang diperindah oleh fiksi.
Novel merupakan salah satu dari jenis
karya sastra fiksi. Novel adalah narasi fiksi yang panjang, menceritakan
pengalaman manusia berdasarkan rangkaian alur kehidupannya yang dikarang oleh
pengarangnya. Menurut Rostamaji dan Agus Priantoro, dalam e-jurnal.com mengatakan novel merupakan karya sastra yang mempunyai
dua unsur, yaitu; unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling
berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
Sebuah novel akan menarik perhatian para
pembaca untuk membacanya, jika dalam novel tersebut pengarang memaparkan
konflik-konflik yang menarik minat pembacanya. Selain menarik perhatian pembaca
konflik juga bermanfaat bagi pembacanya, karena di dalam konflik tersebut juga
terdapat pesan-pesan yang disampaikan oleh pengarangnya. Di dalam sebuah novel,
pengarang mengungkapkan berbagai permasalahan tentang sisi kehidupan manusia
dan segala lika-likunya, baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun
yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu gambaran dari
kehidupan manusia yang dapat diamati pada diri manusia adalah konflik yang
terjadi pada diri mereka sendiri atau konflik batin.
Salah satu contoh konflik yang selalu
menarik perhatian hingga saat sekarang ini adalah konflik yang dialami oleh
kaum perempuan. Mulai dari persepsi masyarakat terhadap perempuan yang mana
kaum perempuan lebih lemah dan lebih rendah statusnya daipada kaum laki-laki. Merupakan salah satu
contoh diskriminasi gender yang menyebabkan kaum perempuan termarjinalkan, walaupun
tidak semua perempuan termarjinalkan oleh diskriminasi tersebut.
Dalam setiap novel memiliki konfliknya
masing-masing meskipun berbeda antar sesamanya namun juga bisa dilihat beberapa
kesamaannya. Antara lain dalam novel Maryam karya Okky Madasari dengan novel
Salju karya Orhan Pamuk yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Berliani M. Nugrahani. Konflik yang terkandung dalam novel tersebut antara lain
yaitu mengenai ketimpangan ras antar agama. Meskipun masih sama-sama berasal
dari satu agama yang sama namun, memiliki sedikit perbedaan sekaligus maka akan
memancing konflik tersebut.
Seperti halnya konflik dalam kedua novel
ini, yaitu antara ketidakadilan yang dialami perempuan berjilbab dan juga
ketidakadilan yang dialami perempuan yang menganut kepercayaan Islam Ahmadi
yang terdapat di novel Maryam dan novel Salju. Di dalam kedua novel ini dapat
kita temui bahwa kesetaraan hak perempuan menjadi konflik atau masalah yang
paling diutamakan oleh kedua pengarang novel.
B.
TEORI
Secara etimologis feminisme berasal dari
kata femme yang berarti perempuan.
Feminisme dalam pengertian yang luas merupakan suatu gerakan kaum wanita untuk
menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinisasikan, dan
direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dari segala aspek kehidupannya.
Gerakan feminisme berangkat dari perbedaan gender antara kaum perempuan yang
sering dibedakan dengan kaum laki-laki. Yang mana tujuan dari feminisme sendiri
yaitu untuk kesetaraan dan kesamaan hak serta kewajiban yang diterapkan pada
semua gender yaitu perempuan dan laki-laki.
Ketidakadilan gender merupakan berbagai
tindakan yang bersumber pada keyakinan gender. Antara lain penyebab
diskriminasi itu sendiri adalah keyakinan salah satu gender lebih penting atau
lebih utama dibanding yang lainnya. Kenyataan memperlihatkan bahwamasih ada
yang membatasai ruang gerak kaum perempuan dalam kehidupan.
Salah satu studi sastra yang mempelajari
antar karya yang satu dengan karya yang lain, atau antar bahasa karya sastra
yang satu dengan yang lainnya adalah studi sastra bandingan. Menurut Wellek dan
werren menyebutkan bahwa ada tiga pengertian mengenai sastra bandingan:
pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema tema cerita rakyat dan
penyebarannya; kedua, penyelidikannya mengenai hubungan antara dua atau lebih
karya sastra yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, di antara soal
reputasi dan penetrasi, pengaruh, dan kemasyhuran karya besar; dan ketiga,
penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum, dan sastra
nasional.
C.
DISKRIMINASI
GENDER DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY
MADASARI DENGAN SALJU KARYA ORHAN
PAMUK.
Di sini penulis mengambil perbandingan
antara novel Maryam karya Okky
Madasari dengan Salju karya Orhan Paruk yang diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia oleh Berliana M. Nugrahani. Okky Madasari merupakan seorang penulis
Indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang selalu berusaha menyuarakan
kritik sosial dan kekonsistenan pada hal-hal kekinian. Selain itu, Okky
Madasari juga merupakan peraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award dalam
tiga tahun berturut-turut yang karyanya selalu masuk lima besar penghargaan
tersebut. Beranjak kepada Orhan Pamuk, yang
telah banyak menulis novel dan dianggap sebagai salah satu suara
tersegar dan paling orisinal dalam menulis fiksi kontemporer. Selain itu, Orhan
Pamuk juga merupakan pemenang peraih Nobel Sastra.
Karya Okky Madasari yang berjudul Maryam ini memiliki kesamaan dengan
novel Salju karya Orhan Pamuk yang
diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Berliana M. Nugrahani. Persemaan
tersebut antara lain adalah sama-sama
membahas ketimpangan agama yang mana menitikberatkan pada satu aliran agama
yakni Islam. Serta tokoh perempuan yang disorot dalam alur penceritaan kedua
novel ini seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:
“Bapaknya pun memberi contoh orang-orang
Ahmadi yang nekat menikah dengan orang yang berbeda dari mereka. Perkawinan
berabtakan. Segala kesengsaraan dan kesusahan muncul. Maryam tahu semuanya itu.
Anak teman ppengajian yang sudah seperti saudara bagi mereka, Rohma, akhirnya
bercerai setelah dua tahun menikah. Awalnya, Rohma hanya dilarang suaminya ikut
salat di masjid keluarga Rohma. Lalu lama-kelamaan larangan itu semakin
menjadi. Rohma tak boleh lagi datang ke rumah orangtuanya, tak diizinkan lagi
bertemu dengan keluarganya. Rohma melawan. Ia memilih perceraian sebagai jalan
keluar.” (Maryam, hal : 19).
“Seluruh siswa penggiat Islamis politis
menonton pertunjukan di Teater Nasional, dan mereka telah ditangkap di tempat
itu, sehingga yang tersisa di asrama hanyalah anak-anak yang kurang peduli atau
tidak memiliki ketertarikan poltik. Tetapi, adegan-adegan yang disiarkan di
televisi membuat semangat mereka pun mengganjal pintu dengan meja-meja dan
meneriakkan slogan-slogan semacam ‘Tuhahhn Mahabesar!’ sambil berkumpul dan
menunggu.” (Salju, hal : 254).
Tokoh yang paling banyak bercerita
maupun diceritakan dari masing-masing novel ini yaitu Maryam dalam novel Marya
karya Okky Madasari. Maryam, digambarkan sebagai sosok wanita yang taat dalam
beribadah namun memiliki ajaran sendiri dengan atau disebut juga Islam
Ahmadiyah. Hal tersebut membuat terjadinya konflik yang memecahkan agama yang
satu tersebut. Sebagai bagian dari kelompok minoritas yang tertindas, di sini
Maryam mencoba untuk memperjuangkan golongannya. Serta dalam novel yang
berjudul Salju karya Orhan Pamuk, memiliki tokoh utama yang bernama Ka. Ka
merupakan seorang jurnalis yang sangat peduli terhadap sebuah kampung yang
bernama Kars, di mana banyak gadis-gadis yang melakukan bunuh diri di kota
tersebut.selain gadis-gadis yang bunuh diri di sini juga diceritakan bagaimana
keadaan perempuan yang nekat memakai jilbab akan mendapatkan perlakuan yang
tidak sewajarnya oleh masyarakat sekitarnya. Hal itu dibuktikan dengan kutipan
berikut.
“Di hari-hari terakhir kehamilannya,
Maryam berkata pada Umar ingin memberi nama yang berasal dari Lombok untuk
anaknya. Bukan nama Arab, seperti ayah dan ibunya. Bagi Maryam, itu langkah
paling awal sekaligus langkah paling mudah dilakukan untuk menjauhkan anaknya
dari segala kepedihan yang dialami keluarganya. ‘Bbiarlah anak ini jauh dari
agama tapi dekat dengan kebaikan,’ kata Maryam berulang kali.” (Maryam, hah
241).
“Saya tertarik untuk meliput pemilihan
di sana juga tentang para wanita yang melakukan bunuh diri.” (Salju, hal : 5).
Antara kedua novel ini yang menjadi
pembedanya yakni latar tempat serta bahasa yang digunakannya oleh penulisnya
yang juga berasal dari negara yang berbeda. Yaitu Okky Madasari yang berasal
dari Indonesia sedangkan Orhan Pamuk berasal dari Turki. Hal tersebut dapat
dilihat dari kutipan berikut ini.
“Ternyata laki-laki itulah yang ia cari.
Ketua organisasi yang sekarang, menggantikan ketua yang diingat Maryam.
Berpakaian rapi, berbicara santun. Ia berpendidikan tinggi. Sarjana Lulusan
Universitas Mataram. Sekarang pegawai negeri di kantor provinsi.” (Maryam, hal
: 66).
“dibesarkan di Istanbul dan dikelilingi
oleh kenyamanan kehidupan kelas menengah Nisantas ayah yang bekerja sebagai
pengacara, ibu yang menjadi ibu rumah tangga, kakak perempuan yang penuh kasih
sayang, seorang pembantu yang berbakti, sebuah radio, kamar-kamar perabot yang
lengkap, jendela-jendela bertirai Ka tidak tahu apa-apa soal kemiskinan,
kemiskinan berada di luar rumahnya, di luar dunianya.” (Salju, hal 23).
Konflik yang dialami oleh perempuan
dalam kedua novel ini yang paling mencolok yaitu, pada novel Maryam karya Okky
Madasari yaitu keditakadilan dalam memilih kepercayaan yang berbeda dengan
orang lain sehingga mengalami pengasingan serta bagaimana kebebasan sangat jauh
daripada perempuan-perempuan di sana seperti jika menikah dengan orang dari
luar organisasi tersebut. Maka perempuan itu mula-mula dilarang pergi ke
mesjid-mesjid organisasi itu sering berkumpul samapai dilarang pergi menemui
orangtua mereka. Selanjutnya, dalam novel Salju karya Orhan Pamuk juga
dipaparkan bagaimanapun majunya sebuah kehidupan di perkotaan namun
pendiskriminasian juga tidak bisa dihindari. Banyaknya organisasi-organisasi
kepercayaan yang saling mengganggap mereka yang paling benar dari organisasi
yang lain hingga menimbulkan peperangan serta bagaimana kebebasan bagi kaum
perempuan yang harus menolak berbagai ideologi yang berujung dengan bunuh diri.
D.
PENUTUP
Kedua novel ini mengangkat tema tentang
konflik sosial yang terjadi di tempatnya masing-masing. Tokoh dalam novel ini
sama-sama perhatian terhadap apa yang terjadi dalam lingkuangan sekitarnya.
Alur, peristiwa dalam novel Maryam karya Okky Madasari ini menggunakan alur
maju. Karena menceritakan keadaan dari masa gadisnya tokoh Maryam hingga ia
akan melahirkan anak yang akan diberi nama seperti orang Lombok kebanyakan dan tidak mengambil nama dari Arab.
Begitupun alur, dalam novel Salju karya
Orhan Pamuk menceritakan alur maju. Meskipun ada beberapa yang di paragraf yang
menceritakan masa kecil Ka, namun itu hanya untuk pelengkap cerita saja. Dalam
kedua novel ini sama-sama mengambil latar di daerah tempat negara mereka
berasal. Serta dalam kedua novel ini, sama-sama membuka kesadaran pembaca
bagaimana cara seharusnya untuk saling menghargai apa itu perbedaan baik dari
perbedaan penampilan hingga perbedaan kepercayaan. Selain hal itu, dalam kedua
novel ini juga digambarkan bagaimana ketidakadilan yang dilakukan terhadap kaum
perempuan, hingga bagaimana kita untuk lebih peka dan merubah diri menjadi
pribadi yang lebih baik lagi untuk ke depannya.
Penulis menyimpulkan bahwa melalui
pemakaian hijab sebagai identitas seorang perempuan muslim, yang seharusnya
bisa lebih menjaga perempuan dari kejahatan tidak berlaku di semua negara
seperti yang terdapat dalam novel Salju
karya Orhan Pamuk. Begitupun sebagai seorang anak perempuan yang jika sudah
bersuami harus dihadapkan pada dilema mengikuti perkataan orangtua atau menaati
perkataan suami.
Daftar Pustaka
Muhardi dan Hasanuddin WS. 2006. Prosedur Analisis Fiksi: Kajian Strukturalisme. Padang: Citra
Budaya.
Pamuk, Orhan. 2015. Salju.
Jakarta: Serambi ilmu semesta.
Madasari, Okky. 2013. Maryam.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.